Penalaran adalaah bentuk
tertinggi dari pemikiran, dan oleh karena itu lebih rumit dibanding pengertian
dan proposisi. Secara sederhana penalaran dapat didefinisikan sebagai proses
pengambilan kesimpulan berdasarkan proposisi – proposisi yang mendahuluinya. Penalaran
dibedakan menjadi dua, yaitu penalaran deduktif dan penalaran induktif.
Penalaran
Deduktif
Penalaran
Deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang
kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan
atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Penalaran
deduktif didasarkan atas prinsip, hukum, teori atau putusan lain yang berlaku
umum untuk suatu hal ataupun gejala. Berdasarkan atas prinsip umum tersebut
ditarik kesimpulan tentang sesuatu yang khusus yang merupakan abgian dari hal
atau gejala diatas. Dengan kata lain, penalaran deduktif bergerak dari sesuatu
yang umum kepada yang khusus.
Jenis
Penalaran Deduktif
Jenis
penalaran deduktif yang menarik kesimpulan secara tidak langsung yaitu:
1. Silogisme
Kategorial
Silogisme yang terjadi dari tiga proposisi. Silogisme kategorial disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang kategoris. Konditional hipotesis yaitu : bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya Menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor.
Contoh
:
Premis
Mayor : Tidak ada manusia yang abadi
Premis
Minor : Socrates adalah manusia
Kesimpulan
: Socrates tidak abadi
2.
Silogisme Hipotesis :
Silogisme
yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis. Menurut
Parera (1991: 131) Silogisme hipotesis terdiri atas premis mayor, premis minor,
dan kesimpulan. Akan tetapi premis mayor bersifat hipotesis atau pengadaian
dengan jika … konklusi tertentu itu terjadi, maka kondisi yang lain akan
menyusul terjadi. Premis minor menyatakan kondisi pertama terjadi atau tidak
terjadi.
Ada
4 (empat) macam tipe silogisme hipotesis:
a.
Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagian antecedent, seperti:
Jika
hujan, saya naik becak.
Sekarang
hujan.
Jadi
saya naik becak.
b.
Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagiar konsekuennya, seperti:
Bila
hujan, bumi akan basah.
Sekarang
bumi telah basah.
Jadi
hujan telah turun.
c.
Silogisme hipotesis yang premis minornya mengingkari antecedent, seperti:
Jika
politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan
akan timbul. Politik pemerintahan
tidak dilaksanakan dengan paksa, Jadi
kegelisahan tidak akan timbul. Silogisme hipotetik yang premis
minornya
mengingkari bagian konsekuennya,
seperti:
Bila
mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah Pihak penguasa tidak
gelisah. Jadi mahasiswa tidak turun ke jalanan.
Referensi:
elearning.gunadarma
http://dewifitriastuti.blogspot.com/2012/10/penalaran-deduktif.html
3.
Silogisme Akternatif
Silogisme
yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi
alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya.
Simpulannya akan menolak alternatif yang lain. Proposisi minornya adalah proposisi
kategorial yang menerima atau menolak salah satu alternatifnya. Konklusi
tergantung dari premis minornya.
Silogisme
ini ada dua macam, silogisme disyungtif dalam arti sempit dan silogisme
disyungtif dalam arti luas. Silogisme disyungtif dalam arti sempit mayornya
mempunyai alternatif kontradiktif, seperti:
la
lulus atau tidak lulus.
Ternyata
ia lulus
Jadi,
la bukan tidak lulus
Silogisme
disyungtif dalam arti luas premis mayomya mempunyai alternatif bukan
kontradiktif, seperti:
Xsa
di rumah atau di pasar.
Ternyata
tidak di rumah.
Jadi,
di pasar
Silogisme
disyungtif dalam arti sempit maupun arti iuas mempunyai dua tipe yaitu:
a.
Premis minornya mengingkari salah satu alternatif, konklusi-nya adalah mengakui
alternatif yang lain.
b.
Premis minor mengakui salah satu alternatif, kesimpulannya adalah mengingkari
alternatif yang lain.
4.
Entimen
Silogisme
ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun
tulisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan kesimpulan.
Entimen
atau Enthymeme berasal dari bahasa Yunani “en” artinya di dalam dan “thymos”
artinya pikiran adalah sejenis silogisme yang tidak lengkap, tidak untuk
menghasilkan pembuktian ilmiah, tetapi untuk menimbulkan keyakinan dalam sebuah
entimem, penghilangan bagian dari argumen karena diasumsikan dalam penggunaan
yang lebih luas, istilah "enthymeme" kadang-kadang digunakan untuk
menjelaskan argumen yang tidak lengkap dari bentuk selain silogisme.
Menurut
Aristoteles yang ditulis dalam Retorika, sebuah "retorik silogisme"
adalah bertujuan untuk pembujukan yang berdasarkan kemungkinan komunikan
berpendapat sedangkan teknik bertujuan untuk pada demonstrasi. Kata lainnya,
entimem merupakan silogisme yang diperpendek.
Contoh
:
Rumus
Entimen:
PU
: Semua A = B : Pegawai yang baik tidak pernah datang terlambat.
PK
: Nyoman pegawai yang baik.
S
: Nyoman tidak pernah datang terlambat
Entimen
: Nyoman tidak pernah datang terlambat karena ia pegawai yang baik
Beberapa
ciri utama dari penalaran deduktif, yaitu :
a.
Jika semua premis benar maka kesimpulan pasti benar
b. Semua informasi
atau fakta pada kesimpulan sudah ada, sekurangnya secara implisit, dalam
premis.Referensi:
elearning.gunadarma
http://dewifitriastuti.blogspot.com/2012/10/penalaran-deduktif.html